Belajar Menjadi Agen Perubahan di Masyarakat
Kembali ada yang berbeda di Kuliah Psikologi Komunitas (18/05/2015), dikarenakan kuliah tidak diselenggarakan di ruang kelas Kampus 1 UAD namun di Balai Serba Guna Keluarahan Tlogoadi, Cebongan, Yogyakarta. Kali ini mahasiswa mengunjungi sebuah komunitas di masyarakat sebagai bagian dari aplikasi mata kuliah Psikologi Komunitas. Dra. Elli Nurhayati, M. PH., Ph. D dan Dessy Pranungsari, M. Psi selaku dosen pengampu mata kuliah mengajak mahasiswa menemui beberapa warga masyarakat Tlogoadi untuk belajar menjadi agen perubahan di komunitas sesuai ilmu yang dipelajari di Bangku Kuliah.
Banyak hal menarik yang dapat dipetik dari kuliah luar biasa kali ini. Komunitas muda mudi cebongan yang menjadi pintu masuk dalam pertemuan kali ini ternyata memiliki kisah inspiratif dalam pembentukannya. Budhe Titik, sapaan akrab anak-anak, merupakan salah satu warga yang menginisiasi dibentuknya sanggar dan organisasi muda-mudi ini. Berangkat dari keprihatinan melihat anak-anak muda yang seringkali menghabiskan waktu dengan nongkrong, merokok, dan minum-minuman keras di wilayah tersebut, maka Budhe Titik memulai aksinya dengan melibatkan diri dalam kegiatan anak-anak dan remaja. Budhe Titik bahkan merelakan rumahnya dijadikan Taman bacaan sekaligus tempat bermain dan belajar anak-anak dan remaja.
Berbagai kegiatan menarik di gelar di taman bacaan tersebut mulai dari bermain halma, monopoli, menari, outbond, dan diskusi seputar remaja yang kemudian menjadi tempat berkumpulnya anak-anak. Dari perkumpulan itu, muncul ide-ide segar dari anak-anak dan remaja untuk membuat kegiatan dalam mengisi waktu luang, seperti misalnya outbond di sawah sekaligus diskusi mengenai proses penanamnan padi. Tari dolanan anak yang dimainkan oleh anak-anak bimbingannya juga seringkali menyabet juara.
Proses pembelajaran lainnya yaitu sharing pengalaman dari Mbak Riri mengenai proses pembentukan pengajian ibu-ibu. Mbak Riri merupakan mualaf karena menikah dengan seorang muslim. Keinginannya yang kuat untuk bisa membaca Al Qur’an menjadikannya mencari cara dengan belajar dari warga muslim. Namun ternyata, meskipun sebagian besar warganya muslim, tetapi banyak dari mereka yang juga tidak bisa membaca Al Qur’an. Maka atas inisiatifnya, terbentuklah kelompok ibu-ibu pengajian yang hingga kini terus bertambah anggotanya.
Mbak Riri tidak cukup puas dengan membentuk kelompok pengajian. Sebagai Ibu muda, beliau juga terketuk hatinya untuk mengambil peran sebagai kader PAUD di wilayahnya. Mbak Riri merombak proses bermain dan belajar yang dirasa membosankan sehingga tidak banyak anak-anak yang datang ke PAUD. Bermodal pelatihan PAUD yang diikutinya dengan keikhlasan untuk mendidik penerus generasi bangsa, maka kini PAUD yang dikelolanya semakin maju.
‘Bu Titik menjelaskan kepada kami bagaimana cara merangkul orang-orang yang memiliki kepekaan sosial yang rendah sehingga menjadi orang-orang yang memiliki kepekaan sosial. Kami sangat tersentuh mendengar cerita Bu Titik sebagai single parent namun dapat menggerakkan masyarakat dengan sangat sabar dan menjadi bermakna bagi orang lain dan lingkungannya.” Papar Meme selaku ketua kelas. (Des)