DYAH FARDISA BAGIKAN STRATEGI MEMBANGUN BRAND BOLO SEGO DARI KRISIS PANDEMI
Yogyakarta, 15 Juli 2025—Pemilik brand kuliner Bolo sego, Dyah Fardisa, membagikan kisah dan strategi pengembangan bisnisnya dalam kegiatan kuliah praktisi bertema ”Mengupas Strategi Pengembangan Brand” yang diselenggarakan oleh Program Studi Psikologi Universitas Ahmad Dahlan, Senin (15/7). Acara berlangsung pukul 09.30 hingga 11.00 WIB di Kampus 1B UAD dengan Bapak Luqman Tifa P., S.Psi., M.Psi., Psikolog sebagai moderator.
Dalam sesi tersebut, Dyah mengungkapkan bahwa Bolo sego lahir pada tahun 2020, di tengah krisis pandemi Covid-19. Ia memulai bisnis ini dengan menggandeng tiga ibu rumah tangga yang terdampak pandemi untuk memasak bersama, sementara ia menangani pemasaran secara digital.
”Bolo Sego ini bukan hanya ruang bisnis bagi saya, tetapi juga ruang harapan. Kita muncul ketika banyak orang kehilangan harapan dan pekerjaanya,”ungkapnya
Kini, Bolo Sego telah memiliki tiga cabang restoran serta dua toko non-dine in yang berada di Mall Pakuwon dan Bandara Yogyakarta. Selain itu, produknya juga telah masuk ke pasar modern dan toko oleh-oleh di berbagai kota, seperti Semarang, Bandung, Jakarta, dan Bali.
Dyah juga menekankan pentingnya memahami konsumen melalui tiga elemen utama, seperti produk, branding, dan penjualan. Ia menyebut bahwa produk harus solutif dan konsisten, strategi branding harus kuat dan berkarakter, serta pemanfaatan platform digital harus tepat sasaran.
”Branding itu bukan hanya soal logo, tapi tentang cerita, identitas, dan konsistensi. Kita juga harus paham platform yang sedang tren dan tahu cara mengoptimalkanya,” jelas Dyah.
Kuliah praktisi ini menjadi wadah bagi mahasiswa untuk belajar secara langsung dari pengalaman narasumber yang merupakan pelaku usaha sekaligus berkecimpung di industri kreatif agar dapat memahami strategi membangun brand dari berbagai sudut pandang, salah satunya dengan memanfaatkan situasi sulit menjadi peluang menjanjikan.
Penulis: Regita Putri Sadono