Romans Team Berinisiatif Mencegah Child Maltreatment pada Anak Berkebutuhan Khusus
Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta yang telah dinyatakan lolos pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa-Riset Sosial Humaniora (PKM-RSH) tahun 2024 melaksanakan intervensi bagi para orang tua, guru, dan caregiver anak berkebutuhan khusus. Tim Romans merancang kegiatan Psikoedukasi ROMANTIQ dan melaksanakan praktik kegiatan di salah satu Sekolah Luar Biasa (SLB) di Yogyakarta dengan melibatkan 15-20 subjek.
ROMANTIQ merupakan gabungan dari empat aspek psikologis yaitu Regulasi Emosi, Komunikasi Empatik, dan Quranic Parenting yang digunakan sebagai upaya preventif untuk mencegah perilaku child maltreatment yang terjadi pada anak-anak berkebutuhan khusus, dimana kasusnya seringkali disembunyikan bahkan kurang mendapatkan dukungan maupun bantuan dari tenaga professional. Tim Romans yang terdiri atas Luthfia Noorlatifah Utami, Aliyya Rahma Septiarini, Nur Afiah Arifin, Reiska Varadela, dan Salsabilla Nuranisa Wahyudi dengan dosen pendamping yaitu Ibu Sri Kushartati, S.Psi., M.A., Psikolog.
Pelaksanaan psikoedukasi ini dilakukan selama 2 kali pertemuan. Pertemuan pertama pada Jum’at, 12 Juli 2024 dilaksanakan sebanyak dua sesi.
Adapun pada sesi pertama ini Psikoedukasi Quranic Parenting yang dibawakan oleh Ibu Fuadah Fakhruddiana, S.Psi., M.Psi., Psikolog dan dipandu oleh Tim Romans. Pada sesi ini Tim Romans memandu para subjek untuk bermain “Lambar Asa” dan “Langit Harapan”. Adapun tujuan dari Psikoedukasi Quranic Parenting yaitu untuk mengetahui parenting yang baik sesuai dengan ajaran Rasulullah yang berpedoman pada Al-Qur’an agar menambah insight serta membuka pikiran dan hati agar dapat mengasuh anak berkebutuhan khusus menjadi lebih baik lagi sesuai dengan tuntunan syariat.
Adapun pada sesi kedua ini merupakan Psikoedukasi Regulasi Emosi yang dibawakan oleh Ibu Erny Hidayati, S.Psi., M.A., Psikolog dan dipandu oleh tim Romans. Pada sesi ini dilakukan relaksasi pernapasan dan relaksasi otot yang kemudian dilanjutkan dengan penjelasan lebih lanjut mengenai Regulasi Emosi yang bertujuan untuk melatih cara relaksasi yang dapat dilakukan secara mandiri agar dapat meminimalisir emosi negatif pada anak berkebutuhan khusus yang nantinya dapat di terapkan oleh orang tua atau wali dari anak berkebutuhan khusus untuk mengelola atau meregulasi emosi.
Pertemuan kedua dilaksanakan pada Sabtu, 13 Juli 2024. Adapun pada pertemuan kedua ini merupakan Psikoedukasi Komunikasi Empatik yang dibawakan oleh Ibu Dra. Mutingatu Sholichah M.Si., Psikolog.dan dipandu oleh Tim Romans. Pada sesi ini dilakukan pelatihan mengenai cara-cara berkomunikasi dengan rasa empati kepada anak berkebutuhan khusus melalu games. Selain itu, para orang tua atau wali dari anak berkebutuhan khusus juga diberikan pemahaman serta sharing session terkait permasalahan komunikasi terhadap anak-anak mereka yang berkebutuhan khusus. Kemudian pada sesi ini yang tak kalah serunya, para subjek diminta dan dibimbing untuk berkomunikasi melalui metode menggambar dan mewarnai dengan penuh rasa tulus serta empati, tujuannya agar para anak berkebutuhan khusus dapat lebih mudah memahami perkataan para subjek saat berkomunikasi, sehingga hal ini dapat minimalisir kekerasan verbal pada anak berkebutuhan khusus.
Diadakannya intervensi psikologis ini diharapkan para orang tua, guru atau wali (caregiver) yang memegang peran sentral dalam hidup mereka dapat memberikan kesejahteraan mental bagi ABK. Tidak hanya itu, berangkat dari niat Tim Romans dikarenakan kasus-kasus kekerasan atau child maltreatment pada anak-anak berkebutuhan khusus seringkali disembunyikan atau bahkan tidak nampak sama sekali, bahkan masih terbilang kurang mendapatkan awareness dan rasa peduli dari masyarakat sendiri. Maka Tim Romans, menggabungkan psikoedukasi ini yaitu “Regulasi Emosi, Komunikasi Empatik, dan Quranic Parenting” untuk mencegah terjadinya child maltreatment pada anak berkebutuhan khusus, karena setiap anak-anak berhak mendapatkan perhatian dari masyarakat mengenai kekerasan meskipun dengan kondisi fisik maupun psikis yang berbeda-beda.
Hasil wawancara mengungkapkan perilaku child maltreatment seperti membentak, mencubit, dan mengurung anak di UKS, yang disebabkan oleh kelelahan, stres, kurangnya keterampilan regulasi emosi, serta komunikasi yang buruk. Penelitian menunjukkan bahwa psikoedukasi ROMANTIQ menurunkan perilaku child maltreatment pada orang tua dan caregiver anak berkebutuhan khusus. Hal ini juga ditujukan dari hasil post test kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan psikoedukasi ROMANTIQ mengalami penurunan yang signifikan, sementara kelompok kontrol tidak. Hasil wawancara setelah intervensi menunjukkan bahwa subjek lebih mampu mengelola emosi mereka, berkomunikasi dengan lebih baik, dan menerapkan prinsip-prinsip quranic parenting, yang meningkatkan pemahaman dan penerimaan anak berkebutuhan khusus. Akibatnya, psikoedukasi ROMANTIQ terbukti menurunkan tingkat pelecehan anak pada anak berkebutuhan khusus.