It was not only an academic journey, but a journey a life
Fakultas Psikologi sedang berbahagia. Pasalnya dalam satu tahun, beberapa dosen yang menempuh S3 di berbagai negara telah menamatkan studinya. Nurul Hidayati berhasil meraih gelar doktor dari Universitas Negri Malang, Erita Yuliaseseti berhasil meraih gelar doctor dari Universitas Padjadjaran Bandung, Purwadi dan Mujidin yang mendapatkan gelar Ph.D dari University Sains Malaysia, dan terakahir Herlina Siwi Widiana baru saja pulang dari Monash University Australia.
Banyak cerita menarik yang membuka wawasan dan menumbuhkan motivasi. Seperti halnya Herlina Siwi Widiana yang mengatakan bahwa kuliah doctoral itu bukan hanya perjalanan akademik, namun juga perjalanan hidup. Kisah perjuangan menempuh S3 disampaikan dalam agenda seton dosen Fakultas Psikologi UAD
Herlina yang menempuh studi di Monash Universiti di Melbourne Australia selama 4 tahun dengan beasiswa LPDP. Risetnya yang berjudul “Understanding sadness: Developing a screening inventory for depression in Indonesia” dengan metode mixed method kualitatif dan kuantitatif menghasilkan skala depresi yang sudah disesuiakan dengan budaya di Indonesia khususnya Jawa yang dinamakan Indonesian Depression Checklist (The IDC). Alat ukur ini diharapkan dapat menjadi acuan kalangan psikolog dalam menentukan diagnosa depresi pada klien yang lebih akurat untuk di Indonesia.
Keputusan Herlina untuk memboyong suami dan anak-anak ke Melbourne merupakan bagian dari system dukungan yang sangat dirasakan hingga akhirnya mampu lulus tepat waktu. Berbagai peristiwa turut mewarnai perjuangan Herlina selama studi. Herlina kehilangan Bapak yang kemudian juga kehilangan ibu ketika berada di negri Kanguru. Kesedihan mendalam yang berdampak pada kehilangan motivasi menyelesaikan kuliah sempat dialami, namun semangatnya kembali muncul mengingat kembali motivasinya studi S3 untuk mengembangkan Fakultas Psikologi UAD yang telah menjadi rumah kedua semenjak tahun 2003. Tidak hanya itu, Herlina di akhir masa studinya juga sempat mengalami hambatan karena adanya pergantian supervisi namun dapat diatasi dengan perjuangan sekaligus kepasrahan. Hal ini juga yang disadari oleh Herlina bahwa tetap sehat baik secara fisik maupun psikis sangatlah penting, sebagai psikolog herlina rutin menemui psikolog setiap 3 bulan sekali.
Perjalanan kehidupan yang dirasakan di negri orang adalah bagaimana hidup sebagai muslim minoritas. Beruntung herlina menemukan komunitas komunitas muslim MIIS dan SRF (Social Researcher Forum). Lokasi tempat tinggal yang berdekatan dengan Masjid Westall memudahkannya untuk tetap menjaga ibadahnya sekaligus mengajarkan keimanan dan ketaqwaan kepada anak-anaknya meskipun berada di negara minoritas muslim.
Herlina juga sangat konsen memotivasi dan mempersiapkan studi S3 bagi dosen-dosen yang lain.
“Bagi yang akan melanjutkan S3 mulailah dengan mengumpulkan moivasi, maping kesiapan dan kebutuhan, mencari topik riset harus sesuai interst, planning studi, persiapan administrasi, mencari beasiswa. Agar bisa lulus tepat waktu, hanya butuh 2 jam per hari untuk mengerjakan disertasi, selebihnya belajar kehidupan”