Psikologi Islam Menarikku Belajar di Indonesia
Momen wisuda pada tanggal 19 Maret 2015 adalah kebahagiaan tersendiri bagi Mus’ab Buenae. Mus’ab Bunae (2010) adalah satu-satunya mahasiswa asing yang telah lulus dari Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan pada tahun 2016 ini. Setelah berjuang dan belajar di Indonesia selama kurang lebih 5,5 tahun akhirnya Mus’ab berhasil mendapat gelar Sarjana Psikologi. Sungguh bukanlah hal mudah untuk merantau dan belajar di luar negeri bagi mahasiswa asal negeri Gajah Putih, Patani, Thailand ini. Kendala serius yang harus Mus’ab hadapi sebagai mahasiswa asing yang belajar di Indonesia adalah masalah bahasa. Salah satu momen yang paling diingatnya, yaitu pada kelas statistika psikologi 1 Mus’ab diharuskan duduk di depan sepanjang perkuliahan berlangsung dan harus bertanya minimal tiga pertanyaan berbahasa Indonesia. Hal ini dilakukan salah satu dosen supaya Mus’ab dapat cepat belajar bahasa Indonesia.
Bahasa ada kunci utama ketika kita memasuki sebuah negara sebagai modal komunikasi. Begitpun dengan Mus’ab, ia belajar berbahasa Indonesia dengan cara sering menonton TV, berbicara dengan warga sekitar, dan yang paling sering ia lakukan adalah berbicara dengan para penikmat angkringan di jogja. Alasan Mus’ab memutuskan berkuliah di Fakultas Psikologi UAD adalah karena ketertarikannya pada dunia Psikologi Islam.
“Di Thailand ilmu psikologinya hanya terfokus dan berkaca pada dunia barat, namun di Indonesia seperti Fakultas Psikologi UAD mampu mengsinergikan antara teori barat dengan psikologi islam. Selain itu Saya menyukai dosen-dosen disini. Beliau selalu mengupdate ilmunya, cara menerangkan juga tidak sekedar teori, tetapi dengan berbagi pengalaman pribadi dan menghubungkannya dengan islam.”
Wisudawan yang sangat tertarik dengan psikologi ini mengatakan bahwa, ia sangat senang kuliah di jogja karena di Jogja banyak sekali seminar yang mudah ia ikuti daripada di Thailand. Dalam seminggu Mus’ab bisa mengikuti 3-4 kali seminar psikologi, terutama seminar psikologi islam pasti dia ikuti untuk menanbah pengetahuan dan wawasannya seputar islam dan psikologi. Tak hanya itu, meskipun di Universitas Ahmad Dahlan terdapat matakuliah psikologi islam dalam dua semester Mu’ab merasakan masih haus akan ilmu psikologi islam. Hal tersebut membuat semangat Mus’ab untuk menambah jam belajar psikologi islam di luar mata kuliahpun patut diacungi jempol. Mus’ab sering sekali berdiskusi dengan dosen mata kuliah psikolgi islam di luar kampus.
Menjadi mahasiswa asing, membuatnya harus belajar banyak hal untuk tetap bertahan hingga mampu menyelesaikan studi dengan baik. Namun tuntutan akademik, hingga culture shock tidak membuatnya menjadi mahasiswa pasif. Pada tahun 2012 Mus’ab bahkan menjadi ketua organisasi IPMITI, yaitu ikatan mahasiswa Thainland di Yogyakarta.
Di akhir masa studinya Mus’ab melakukan penelitian skripsi dengan mengambil subjek di negara asalnya, Thailand dengan judul “Hubungan Persepsi Kepemimpinan Otoriter dengan Komitmen Kerja Guru”. Meskipun sebagai mahasiswa asing sampai saat ini ia masih sedikit terkendala tata bahasa indonesia, ia mampu menyelesaikan skripsinya dengan baik. Berkat dukungan Ayah, Ibu, teman-teman thailand di Jogja, serta support dari KUI (Kantor Urusan Internasional) Universitas Ahmad Dahlan Mus’ab mampu menghadapi berbagai kendala yang dilaluinya selama menempuh studi di Universitas Ahmad Dahlan.
Menuntut ilmu adalah jalan untuk berjihad tanpa senjata, hal itulah yang memotivasi Mus’ab untuk ingin melanjutkan studi S2 Psikologi Pendidikan di Universitas Ahmad Dahlan lagi. Baginya psikologi bukanlah ilmu main-main saya masih harus banyak belajar lebih. Mus’ab berharap nantinya ilmunya dapat dia aplikasikan dengan maksimal, baik di Thailand maupun di Indonesia.