Kedai kopi 2 ( Kegiatan Dialog Interaktif Komunitas Psikologi ) : TOXIC RELATIONSHIP (Ketika sebuah hubungan tak lagi menghubungkan)
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan (UAD), mengadakan Kegiatan Dialog Interaktif Komunitas Psikologi (Kedai Kopi) acara yang dilaksanakan setiap satu tahun dua kali ini diadakan pada (24/10/19) di auditorium kampus 1 UAD, Kedai Kopi 2 kali ini membahas seputar sebuah hubungan yang justru menciptakan dampak negatif bagi kehidupan, pembicara dalam acara ini adalah Ibu Dian Fitriwati Darusmin, S. Psi, M. A, Psikolog yang juga sebagai dosen di UAD, dan di moderatori oleh Maisi Yantina Mahasiswi Psikologi UAD.
Kedai kopi memberi ruang untuk mengutarakan pendapat seputar isu-isu dan permasalahan yang sedang dihadapi saat ini, di diskusikan secara santai namun berisi, sehingga dapat memberi solusi dalam diskusi dari masalah yang terjadi di lingkungan sekitar. Acara yang dihadiri kurang lebih 100 peserta baik dari mahasiswa (UAD), maupun dari mahasiwa luar yang juga berantusias mengikuti acara Kedai Kopi 2, terlebih acara ini free HTM dan cukup dengan menyetorkan identitas diri, fasilitas yang didapat juga sangat menyegarkan selain mendapat pengalaman, sertifikat dan teman baru, selama acara peserta juga di berikan konsumsi berupa makanan ringan dan kopi sebagai teman diskusi.
Ketika sebuah hubungan tak lagi menghubungkan, sebuah tema yang menarik untuk di diskusikan, Ibu Dian selaku pembicara memaparkan bagaimana cara individu mengenali Ebeuse (penyalahgunaan) dalam sebuah hubungan diantanranya: emotional ebeuse, sosial ebeuse, sexual ebeuse, econimi ebeuse, physical ebeuse. dan mengenali ciri-ciri individu yang sedang terperangkap dalam sebuah hubungan toxic relationship, serta dampak-dampak yang akan terjadi pada diri individu ketika berada pada lingkungan tersebut seperti: kehilangan rasa percaya diri, harga diri, tidak bahagia, timbul rasa bersalah, kecemasan dan gangguan fisik serta gangguan psikologis lanjut.
Maisi selaku moderator menyimpulkan “bahwasaanya hubungan tidak toxic jika yang menjalin hubungan itu sama-sama bahagia, namun sebuah hubungan akan menjadi toxic apabila salahsatu merasa tertindas atau tidak bahagia dalam menjalani hubungan tersebut, tidak hanya hubungan sepasang kekasih namun dapat di artikan hubungan secara luas baik dengan keluarga, pertemanan maupun lingkungan sosial. Sebagai individu yang bijaksana harus bisa mengevaluasi diri sendiri dari emosi positif dan emosi negatife, mengetahui adakah pengendalian di salah satu pihak yang membuat tidak nyaman, mampu membuat batasan dalam sebuah hubungan karena individu berhak menentukan kebahagiaannya dan berani bicara apa yang sebenarnya dirasakan tanpa menyinggung”.
(ay)